Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label DAWUH TOKOH

MENYOAL SUAMI ADALAH IMAM

  Akhir Juli 2021, Dr. Budhy Munawar Rachman dalam kapasitasnya sebagai koordinator kajian di LSAF mengajak saya menjadi pemantik diskusi dengan para peserta kajian LSAF tentang “Gender dan Islam” didasarkan buku saya yang disunting Mirisa Hasfaria “Merebut Tafsir” (Amongkarta 2021). Saya sangat terharu dengan begitu hangatnya respons peserta. Juga karena buku itu mengingatkan saya pada banyak kenangan hidup, pergulatan dengan ruang iman dan pemikiran. Bagian dari buku itu merupakan olah perjumpaan lahir batin saya dengan almarhum suami, Ismed Natsir (yang besok 7 Agustus mustinya genap 71 tahun). Buku itu memuat sejumlah hal tentang konsep gender, agama dan feminisme yang saya upayakan menjadi tulisan ringan dan renyah (meski tak selalu gurih), sederhana tanpa menyederhanakan masalah. Ismed selalu mengingatkan jangan jadi “bungkus kacang” yang tak menyisakan permenungan bagi yang baca. Dalam diskusi itu, seorang peserta (maaf sekali saya lupa namanya), menceritakan tentang riset u...

PEREMPUAN BUKAN MESIN REPRODUKSI

  Sistem Kehidupan yang menjadi anugerah bagi semesta (rahmatan lil alamin) adalah misi profetik Rasul Muhammad SAW melalui Islam. Sistem yg zalim juga menjadi anugerah, tapi hanya bagi kelompok kuat dalam sebuah relasi. Karenanya, ia tidak sesuai dg Islam karena ia menghendaki sistem kehidupan yang menjadi rahmat juga khususnya bagi kelompok lemah (dluafa) dan/dilemahkan (mustadl'afin). Pemahaman atas ajaran Islam mesti mencerminkan kesadaran inti ini dalam beragama, yakni mendorong untuk terus menerus bergerak dari sistem kehidupan apapun yg hanya memberi kemaslahatan pada satu pihak menuju sistem kehidupan yang memberi kemaslahatan bagi semua pihak, khususnya dluafa dan/mustadl'afin.  Demikian pula berislam dalam sistem perkawinan dan keluarga. Inti berislam dalam konteks ini adalah bergerak dari sistem perkawinan dan keluarga yang hanya memberi kemaslahatan pd salah satu pihak, apalagi dg cara-cara yang berdampak buruk (mafsadat) bahkan bahaya (mudlorot) bagi pihak lain me...

IMAN SAJA TIDAK CUKUP

Ketika Nabi Ibrahim as ditanya kaum yang mengingkari kerasulannya, apa bukti bahwa Tuhan mu ada, Nabi Ibrahim menjawab, Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan, ialah yang menjalankan matahari dari timur ke barat. Jawaban ini, didasarkan pada "keimanan" Nabi Ibrahim as. (Al Baqarah 258) Suatu saat Nabi Ibrahim meragukan keimanannya. Kemudian ia memohon kepada Allah, agar ia "diperlihatkan" bagaimana cara Allah menghidupkan orang orang yang telah mati. Allah menjawab "apakah engkau tidak yakin dengan iman mu?" Nabi Ibrahim menjawab, saya sangat beriman, akan tetapi aku bertanya agar hatiku menjadi tentram. Ahirnya Allah pun mengajarkan kepada Nabi Ibrahim bagaimana cara Allah menghidupkan kematian. (Al Baqarah 260)  Kisah yang diabadikan Al Qur'an ini menyatakan bahwa iman saja belumlah cukup, iman masih menggelisahkan hati. Dengan pengetahuan (ilmu), iman menjadi kokoh yang melahirkan ketentraman jiwa. Sebagaimana Nabi Ibrahim, Nabi Musa as juga...

PENCERAMAH DAN INTELEKTUAL

  Apa bedanya muballig atau dai atau penceramah publik dengan ilmuwan, intelektual atau pemikir?.  Aku menjawab dengan mengira-ngira saja.  Muballigh atau penceramah umum itu bicaranya tegas, meyakinkan, memastikan atau menjamin keberhasilan. Misalnya dia bilang : "jika saudara-saudara begini maka pasti akan begini". Misalnya lagi : "siapa yang mengamalkan bacaan ini sebanyak 41 x maka pasti berhasil, sukses". Atau "jika ditanya hukum suatu masalah, maka dia jawab : masalah itu hukumnya begini. Kalau ada pendapat yang lain itu salah dan sesat,  Kata-katanya atau pendapatnya satu, tidak macam-macam, meyakinkan, tidak membingungkan, tetapi dalsm waktu yang sama membatasi pikiran publik. Kelompok ini umumnya digemari oleh orang-orang awam atau mereka yang hidup pragmatis. Tentu saja jumlah mereka besar atau mayoritas. Sedangkan intelektual atau pemikir, bicaranya tidak memastikan. Kalau ditanya bagaimana hukum atau pendapat anda mengenai masalah ini?. Dia akan men...

Mengenang Gus Im Adik Gus Dur

  Tulisan ini diambil dari postingan Facebook Savic Ali , Redaksi ngalapberkah.net memuat ulang tulisan ini karena penting untuk dibaca banyak orang demi menyebarluasakan ilmu pengetahuan. Publik sangat mengenal Gus Dur, tapi sangat sedikit yang mengenal Gus Im. Padahal kakak-adik putra founding father dan tokoh NU KH Wahid Hasyim bin Hasyim Asy’ari tersebut ibarat satu keping mata uang di sisi yang berbeda. Dalam bahasa Gus Im sendiri, mereka adalah Ikarus kembar. -------------- Lahir di Jakarta 30 Oktober 1953, enam bulan pasca ayahnya meninggal dalam kecelakaan mobil yang ia yakini sebagai operasi intelijen, Gus Im yang bernama lengkap Hasyim Wahid adalah sosok yang misterius. Ia sulit ditemui tapi datang sendiri saat waktunya tiba. Ia menyukai buku-buku tapi juga menggilai keris dan senjata. Ia jago aljabar dan matematika tapi juga menggeluti dunia klenik dan metafisika. Ia sangat rasional dalam sebuah kesempatan tapi bisa konspiratif dalam kesempatan yang berbeda. “Iim a...