#2
Sarinah merasa hatinya tersayat-sayat saat mendengar cerita dari tetangga tentang dirinya, ia merasa kehadiran di rumah menjadi sumber masalah. Hatinya perih ia bertanya-tanya dalam lamunan, "kenapa mama tidak bilang langsung pada saya".
Ia menyadari dialah bukan siapa-siapa pil pahit mau tidak mau harus di telan. Kata hatinya ia ingin memeluk mamahnya yang jauh di sana sambil menikmati tungku kayu bakar mengenang masa kecil di pojokan rumah panggung khas suku Melayu beratap seng karat yang bisa menghalau rasa dingin juga beradaptasi dengan gempa.
Selimut tebal mampu menyembunyikan rasa perih di depan anak-anak, sesekali ia menjelma tegar di depannya tapi hatinya begitu lemah dan pilu. Sarinah tak kuasa lagi bertahan di rumah mertua. Saat semuanya menjelma malaikat hati Sarinah begitu bahagia, kesedihan kehilangan suaminya sejenak menghilang, tapi saat mertuanya menjadi iblis rasa ingin keluar jauh-jauh dari rumah ini muncul kembali, yang membuat Sarinah bertahan hanyalah dua malaikat kecil yang menahannya, untuk saat ini ia menyadari tidak bisa berbuat apa-apa membesarkan dan mendidik anak-anak.
"Sariah, meskipun suamimu sudah tidak ada, aku sudah menganggap kamu anak sendiri, cucu-cucuku lahir dari rahim kamu, outomatis kamu adalah anakku". Ujar mertua, kata-kata itu membuatnya tenang tapi juga bagi Sarinah adalah penjara.
Kalimat itu muncul saat empat puluh hari suami Sarinah, mungin saja mertuanya bermaksud untuk menguatkan kondisinya yang rapuh. Lain dari apa yang didengar dari tetangganya bahwa dia adalah perempuan yang tidak becus mengurus anak, perempuan yang hanya mementingkan diri sendiri bahkan yang lebih menyakitkan lagi ketika mendengar kata-kata akhir yang hampir membuat telingganya putus bahwa dia penyebab suaminya meninggal. Meskipun kebenaran gosip yang ada di tetangga itu meragukan tetapi tetangga itu menyebutan kata sumpah bahwa itulah yang kata-kata yang keluar dari mulut mertuanya.
"kaka... bangun ayo sholat subuh, waktunya mau habis". ajak Sarinah kepada anak lelaki pertamanya, Sarinah yang dari tadi membungukkan kepala sambil kitab suci berada di pangkuaan lantas ia merapihkan bantal dan sprei yang berantakan.
"mamah... mamah pengen minum?". rengekan anak lelaki yang kedua yang masih berumur 3 tahun, ia kemudian menyodorkan air di gelas untuknya.
Meskipun anak-anak yang membelenggu keinginan Sarinah pasca suaminya meninggal tapi ini adalah satu-satunya harta yang memberikan harapan di masa depan. Setiap malam ia selalu berdoa untuk kebaikan dan kebahagian anak-anak dan dirinya kelak.
Sarinah di kuatkan oleh para Nabi para pembuka Islam pada jaman Jahiliyah. Siti Maryam ia melahirkan Ismail dengang perjuangan yang lebih berat darinya.
Komentar
Posting Komentar