Langsung ke konten utama

PEREMPUAN BUKAN MESIN REPRODUKSI

 


Sistem Kehidupan yang menjadi anugerah bagi semesta (rahmatan lil alamin) adalah misi profetik Rasul Muhammad SAW melalui Islam. Sistem yg zalim juga menjadi anugerah, tapi hanya bagi kelompok kuat dalam sebuah relasi. Karenanya, ia tidak sesuai dg Islam karena ia menghendaki sistem kehidupan yang menjadi rahmat juga khususnya bagi kelompok lemah (dluafa) dan/dilemahkan (mustadl'afin).

Pemahaman atas ajaran Islam mesti mencerminkan kesadaran inti ini dalam beragama, yakni mendorong untuk terus menerus bergerak dari sistem kehidupan apapun yg hanya memberi kemaslahatan pada satu pihak menuju sistem kehidupan yang memberi kemaslahatan bagi semua pihak, khususnya dluafa dan/mustadl'afin. 

Demikian pula berislam dalam sistem perkawinan dan keluarga. Inti berislam dalam konteks ini adalah bergerak dari sistem perkawinan dan keluarga yang hanya memberi kemaslahatan pd salah satu pihak, apalagi dg cara-cara yang berdampak buruk (mafsadat) bahkan bahaya (mudlorot) bagi pihak lain menuju sistem perkawinan dan keluarga yang memberi kemaslahatan bagi seluruh pihak, utamanya bagi perempuan, anak, difabel, dan pihak lain yg rentan berada dlm posisi lemah dan/atau dilemahkan. Khususnya lg, terkait erat dengan sistem reproduksi mereka.

Akar kezaliman pd manusia ada pada cara pandang atas kemanusiaan. Demikian pula akar kezaliman pada perempuan, termasuk istri. Maka, 23 tahun Islam membangun kesadaran kemanusiaan yang sama sekali berbeda dg kesadaran kemanusiaan masyarakat Jahiliyah kapan pun dan di mana pun.

Secara umum, masyarakat Jahiliyah  memandang manusia hanya sebagai makhluk fisik. Laki2 lebih dilihat sebagai makhluk ekonomi sementara perempuan  lebih dilihat sebagai makhluk seksual. Nilai laki2 tergantung pd sebanyak apa harta mampu dia miliki. Ada uang abang disayang, gak ada uang abang ditendang! Sementara perempuan lebih dilihat sebagai makhluk seksual. Nilainya tergantung pd sejauhmana mampu menggairahkan secara seksual bagi laki-laki. Perempuan cantik, dikejar-kejar. Begitu menua, layu, dicampakkan atau diganti dg yang lebih muda, cantik, lagi seksi. 

Sebagai makhluk seksual, perempuan pun kerap hanya dipandang sbg mesin reproduksi. Nilainya hanya dinilai oleh kemampuannya memiliki anak. Jika tidak punya dianggap kurang atau tidak bernilai. Padahal tidak punya anak juga bisa karena hanya pihak suaminya yg bermasalah bukan?

Tentu saja cara pandang kemanusiaan seperti di atas, baik pada laki2 maupun perempuan, merapuhkan sistem perkawinan dan membahayakan sistem reproduksi, terutama sistem reproduksi perempuan. Mari kita perjelas perbedaan fungsi reproduksi laki2 dan perempuan. 

Laki2 hanya mengeluarkan sperma dalam durasi menit bahkan detik dg dampak nikmat. Bagaimana dg perempuan? Hamil kurleb 9 bulan, disusul dg melahirkan dalam jam/harian, nifas dlm minggu/bulanan, menyusui dalam bulan/tahunan. Semua disertai dg kurhan (payah) bahkan wahnan ala wahnin (payah/sakit berlipat2/berturut2). Kalau tdk hamil, perempuan scr rutin alami menstruasi dalam durasi mingguan. Pengalaman ini digambarkan sbg adza (sesuatu yg bisa menimbulkan rasa sakit).

Jadi fungsi reproduksi laki2 hanya menit/detik dan nikmat. Sementara perempuan jam2an, harian, mingguan, bahkan tahunan. Semua bs disertai dg rasa sakit walau jg sering ada rasa nikmat scr psikhis, tp bisa juga disertai dg sakit scr fisik sekaligus psikhis. Apa artinya ingin anak 15 bagi suami? Secara biologis ia hanya perlu mengeluarkan sperma 15x yg berarti nikmat 15x. Apa artinya bagi istri? Ia.perlu 15x hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. 

Secara teori perempuan hanya bisa hamil 1x dalam 9 bulan, sementara laki2 secara umum berpotensi menghamili berapa perempuan dlm 9 bulan? Siapa sesungguhnya yg perlu dikendalikan, termasuk melalui alat kontrasepsi? Lalu siapa yg selama ini dikendalikan? Suami atau istrikah sesungguhnya yg mesti ambil peran menggunakan alat kontrasepi? Hm....

Islam mengubah cara pandang atas kemanusiaan secara berangsur2 selama 23 tahun masa pewahyuan. Manusia bukanlah hanya makhluk fisik, apalagi hanya makhluk ekonomi/seksual, apalagi hanya objek seksual. Laki2 dan perempuan juga sama-sama berakal dan berhati nurani. Nilai keduanya sama2 hanya ditentukan oleh sejauhmana mampu menggunakan akal budinya dg maksimal agar setiap tindakan memberi kemaslahatan bagi diri sendiri sekaligus pihak lainnya. Termasuk dalam tindakan reproduksi sebagai suami dan istri.

Laki-laki dan perempuan adalah makhluk intelektual dan spiritual. Bahkan Perkawinan tidak melunturkan status ini bahkan mesti memperkuatnya. Jika laki2 dan perempuan sama2 berasal dari jiwa yg satu (nafsin wahidah), maka perkawinan yg Islami adalah perkawinan yg diwarnai dg ikhtiyar pasutri agar dua jiwa yg bersemayam dlm 2 tubuh ini bisa menjadi jiwa yg satu, yaitu jiwa yg sama2 hanya tunduk pd Allah dg hanya tunduk pd kebaikan bersama, shg kelak sama2 bs kembali pd-Nya sbg jiwa yang tenang (an-Nafsul Muthmainnah). 

Lalu bagaimana cara pandang baru ini mengubah cara pandang atas dunia? Perkawinan? Sistem reproduksi? 

Banyak sekali petunjuk yang sangat revolusioner terkait hal ini dalam al-Qur'an, baik untuk hari ini, apalagi untuk masyarajat Muslim generasi pertama 14 abad lalu. Merinding dan syahdu!! 

Pamulang, 22 Juli 2021

Penulis: Nur Rofiah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarinah Percayalah Engkau Tidak Sendiri

 Sarinah air matanya menggenang saat ia mengenang suami yang baru 100 hari meninggalkan untuk selamanya akibat kanker hati yang di deritanya. Ini adalah masa sulit Sarinah ia harus merawat dua anak lelaki hasil dari pernikahan. dari balik kaca spion tengah mobil Sarinah mengusap matanya dengan tisu sambil mengendong anak balitanya yanh sedang dipangkuan, sedang anak satunya lagi menikmati pemandangan dari samping kaca jendela. Hari ini adalah hari wisuda sebagai peserta hafalan Quran di sekolahnya. Sarinah semakin sedih saat anak pertamanya mau prosesi wisuda ia malah tiada padahal ini adalah cita-cita ayahnya ingin mempunyai anak yang mempunyai pendidikan agama yang mendalam. Kini dua anaknya yatim, Sarinah seorang diri merawat dan membesarkan kedua anaknya. Untung keluarga dari mendiang suaminya mendukung dan bertanggung jawab untuk tetap meninggali rumah orang tua mendiang suami bersama-sama anaknya.  Rasinah perempuan asal Medan, orang tuanya merantau ke Bogor dia sejak ke...

Tak Tahan Lagi Sarinah Ingin Mengakhiri

#2 Sarinah merasa hatinya tersayat-sayat saat mendengar cerita dari tetangga tentang dirinya, ia merasa kehadiran di rumah menjadi sumber masalah. Hatinya perih ia bertanya-tanya dalam lamunan, "kenapa mama tidak bilang langsung pada saya". Ia menyadari dialah bukan siapa-siapa pil pahit mau tidak mau harus di telan. Kata hatinya ia ingin memeluk mamahnya yang jauh di sana sambil menikmati tungku kayu bakar mengenang masa kecil di pojokan rumah panggung khas suku Melayu beratap seng karat yang bisa menghalau rasa dingin  juga beradaptasi dengan gempa. Selimut tebal mampu menyembunyikan rasa perih di depan anak-anak, sesekali ia menjelma tegar di depannya tapi hatinya begitu lemah dan pilu. Sarinah tak kuasa lagi bertahan di rumah mertua. Saat semuanya menjelma malaikat hati Sarinah begitu bahagia, kesedihan kehilangan suaminya sejenak menghilang, tapi saat mertuanya menjadi iblis rasa ingin keluar jauh-jauh dari rumah ini muncul kembali, yang membuat Sarinah bertahan hanyalah...