Langsung ke konten utama

PENCERAMAH DAN INTELEKTUAL

 


Apa bedanya muballig atau dai atau penceramah publik dengan ilmuwan, intelektual atau pemikir?. 


Aku menjawab dengan mengira-ngira saja. 


Muballigh atau penceramah umum itu bicaranya tegas, meyakinkan, memastikan atau menjamin keberhasilan. Misalnya dia bilang : "jika saudara-saudara begini maka pasti akan begini". Misalnya lagi : "siapa yang mengamalkan bacaan ini sebanyak 41 x maka pasti berhasil, sukses". Atau "jika ditanya hukum suatu masalah, maka dia jawab : masalah itu hukumnya begini. Kalau ada pendapat yang lain itu salah dan sesat, 


Kata-katanya atau pendapatnya satu, tidak macam-macam, meyakinkan, tidak membingungkan, tetapi dalsm waktu yang sama membatasi pikiran publik.


Kelompok ini umumnya digemari oleh orang-orang awam atau mereka yang hidup pragmatis. Tentu saja jumlah mereka besar atau mayoritas.


Sedangkan intelektual atau pemikir, bicaranya tidak memastikan. Kalau ditanya bagaimana hukum atau pendapat anda mengenai masalah ini?. Dia akan menjawab : "saya kira begini". Atau "ada banyak pendapat ". Atau "menurut profesor Anu atau ulama Anu, begini". Atau kata-kata: jika kamu melakukan hal, mudah-mudaha atau insya Allah berhasil. 


Kata-kata dan pendapatnya tidak pasti, bisa membingungkan sebagian besar orang, tetapi membebaskan dan memberikan alternatif jalan dan mencerdaskan. 


Audiensnya pada umumnya kaum intelektual juga atau yang senang berpikir atau katakanlah kaum kelas menengah yang cenderung rasional. Jumlah mereka tidak banyak, sedang-sedang saja.


Mungkin demikian

Penulis: KH. Husein Muhammad

Sumber: Facebook Husein Muhammad

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarinah Percayalah Engkau Tidak Sendiri

 Sarinah air matanya menggenang saat ia mengenang suami yang baru 100 hari meninggalkan untuk selamanya akibat kanker hati yang di deritanya. Ini adalah masa sulit Sarinah ia harus merawat dua anak lelaki hasil dari pernikahan. dari balik kaca spion tengah mobil Sarinah mengusap matanya dengan tisu sambil mengendong anak balitanya yanh sedang dipangkuan, sedang anak satunya lagi menikmati pemandangan dari samping kaca jendela. Hari ini adalah hari wisuda sebagai peserta hafalan Quran di sekolahnya. Sarinah semakin sedih saat anak pertamanya mau prosesi wisuda ia malah tiada padahal ini adalah cita-cita ayahnya ingin mempunyai anak yang mempunyai pendidikan agama yang mendalam. Kini dua anaknya yatim, Sarinah seorang diri merawat dan membesarkan kedua anaknya. Untung keluarga dari mendiang suaminya mendukung dan bertanggung jawab untuk tetap meninggali rumah orang tua mendiang suami bersama-sama anaknya.  Rasinah perempuan asal Medan, orang tuanya merantau ke Bogor dia sejak ke...

Tak Tahan Lagi Sarinah Ingin Mengakhiri

#2 Sarinah merasa hatinya tersayat-sayat saat mendengar cerita dari tetangga tentang dirinya, ia merasa kehadiran di rumah menjadi sumber masalah. Hatinya perih ia bertanya-tanya dalam lamunan, "kenapa mama tidak bilang langsung pada saya". Ia menyadari dialah bukan siapa-siapa pil pahit mau tidak mau harus di telan. Kata hatinya ia ingin memeluk mamahnya yang jauh di sana sambil menikmati tungku kayu bakar mengenang masa kecil di pojokan rumah panggung khas suku Melayu beratap seng karat yang bisa menghalau rasa dingin  juga beradaptasi dengan gempa. Selimut tebal mampu menyembunyikan rasa perih di depan anak-anak, sesekali ia menjelma tegar di depannya tapi hatinya begitu lemah dan pilu. Sarinah tak kuasa lagi bertahan di rumah mertua. Saat semuanya menjelma malaikat hati Sarinah begitu bahagia, kesedihan kehilangan suaminya sejenak menghilang, tapi saat mertuanya menjadi iblis rasa ingin keluar jauh-jauh dari rumah ini muncul kembali, yang membuat Sarinah bertahan hanyalah...