Langsung ke konten utama

Pintu Ijtihad masih terbuka

Tulisan ini diambil dari postingan Facebook Imam Nakha'i, Redaksi ngalapberkah.net memuat ulang tulisan ini karena penting untuk dibaca banyak orang demi menyebarluasakan ilmu pengetahuan.

Konon setelah abad ke IV hijriah, pintu ijtihad telah ditutup. Akibatnya gerakan pemikiran fiqih yang telah menghasilkan kekayaan fiqih yang tidak ternilai, menjadi terhenti. Tugas umat selanjutnya, tinggal menjelaskan (Syarah), meringkas (mukhtashar), dan kemudian menghafalkan. Situasi ini yang disebut Al Zuhaili sebagai;
ركود الحركة الفقهية وجمود العلماء وإضعاف روح الاستقلال الفكري وطغيان فكرة التقليد
"terhentinya gerakan fiqih, kebekuan ulama, melemahnya ruh kemerdekaan berfikir dan menguasainya pemikiran taqlid"
Siapa yang menutupnya? Ada yang menjawab, tidak ada yang menutup, namun tidak ada yang mau masuk. Ada lagi yang menjawab, sengaja ditutup agar tidak sembarang orang bisa masuk. Ada lagi yang menjawab, zaman sudah tidak melahirkan lagi ulama ulama sekaliber imam abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi'i, imam Ahmad bin Hambal dan imam madzhab lainnya.
Benarkah demikian?
Asy Syaukani, sebagaimana dikutip Wahbah AZ Zuhaili menyatakan;
ومن حصر فضل الله على بعض خلقه وقصر فهم هذه الشريعة على من تقدم عصره فقد ثجرأ على الله عز وجل ثم على شريعته الموضوعة لكل عباده ثم على عباده الذين تعبدهم الله بالكتاب والسنة
"seorang yang menyatakan bahwa karunia Allah hanya terbatas pada sebagain umatnya, dan membatasi kemampuan pemahaman syari'ah hanya pada ulama terdahulu (tidak ulama sekarang), maka ia telah berani kepada Allah, juga berani kepada syari'at nya yang dicanangkan untuk hambanya sepanjang masa, juga berani kepada ulama saat ini yang oleh Allah juga diperintahkan untuk berpijak pada Al Qur'an dan Sunnah.
Asy Syaukani seperti ingin menegaskan, bahwa bisa saja Allah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada ulama ulama masa kini seperti karunia yang diberikan kepada imam madzhab masa lalu. Jika ulama masa lalu bisa berijtihad atas karunia Allah, maka ulama saat ini juga bisa berijtihad dengan karunia Allah juga. Yang membatasi karunia Allah hanya pada umat terdahulu, maka ia terlalu berani kepada Allah dengan klaimnya itu.
Dalam sejarahnya, khususnya sepanjang abad ke 6 sampai abad 9, sesungguhnya banyak ulama ulama yang bisa disebut sebagai Mujtahid. Sebutlah misalnya, Ibnu Taimiyah, Ibnu Al Qayyim, Izzuddin ibni Abdis salam, Ibnu Hajar Al Asqalani dan juga Imam As Suyuti. Bahkan yang tersebut terahir ini menyebut dirinya sebagai Mujtahid dalam salah satu kitabnya "Taisiru Al ijtihad"/ Ar Raddu ala man akhlada ila Al Ardhi wa jahila Anna Al ijtihad fi kulli Ashton fardun".
As Suyuthiy yang dilanjutkan oleh Asy Syaukani juga menegaskan bahwa ijtihad di masa saat ini lebih mudah, karena hampir semua perangkat ijtihad telah tersedia. Sebagaimana dikutip AZ Zuhaili, As Saukani menegaskan!
فالاجتهاد على المتأخرين ايسر واسهل من الاجتهاد على المتقدمين . ولا يخالف فى هذا من له فهم صحيح وعقل سوي
"Ijtihad bagi ulama masa sekarang lebih mudah dan gampang dari pada ijtihad bagi ulama masa lalu. Hal ini disepakati bagi seorang yang memiliki pemahaman yang baik dan nalar yang lurus",
Mengapa ijtihad hari ini lebih mudah?
Sebab semua perangkat ijtihad telah tersedia. Ilmu usul fiqih dan metode metode tafsir moderen lainya telah tersedia, Al Qur'an dan tafsirnya telah ada, hadist hadist yang shahih telah tertulis diberbagai kitab hadist, banyak ahli ahli dari berbagai bidang keilmuan, dan perangkat teknologi lainnya.
Dengan perangkat yang telah lengkap ini, dan juga karunia Allah sangat mungkin teranugerahkan, jika masih tidak bisa ijtihad, ya berarti telah terjadi kemalasan zaman. Kata bang Haji " sungguh terlalu".

Penulis Imam Nakha'i

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarinah Percayalah Engkau Tidak Sendiri

 Sarinah air matanya menggenang saat ia mengenang suami yang baru 100 hari meninggalkan untuk selamanya akibat kanker hati yang di deritanya. Ini adalah masa sulit Sarinah ia harus merawat dua anak lelaki hasil dari pernikahan. dari balik kaca spion tengah mobil Sarinah mengusap matanya dengan tisu sambil mengendong anak balitanya yanh sedang dipangkuan, sedang anak satunya lagi menikmati pemandangan dari samping kaca jendela. Hari ini adalah hari wisuda sebagai peserta hafalan Quran di sekolahnya. Sarinah semakin sedih saat anak pertamanya mau prosesi wisuda ia malah tiada padahal ini adalah cita-cita ayahnya ingin mempunyai anak yang mempunyai pendidikan agama yang mendalam. Kini dua anaknya yatim, Sarinah seorang diri merawat dan membesarkan kedua anaknya. Untung keluarga dari mendiang suaminya mendukung dan bertanggung jawab untuk tetap meninggali rumah orang tua mendiang suami bersama-sama anaknya.  Rasinah perempuan asal Medan, orang tuanya merantau ke Bogor dia sejak ke...

Tak Tahan Lagi Sarinah Ingin Mengakhiri

#2 Sarinah merasa hatinya tersayat-sayat saat mendengar cerita dari tetangga tentang dirinya, ia merasa kehadiran di rumah menjadi sumber masalah. Hatinya perih ia bertanya-tanya dalam lamunan, "kenapa mama tidak bilang langsung pada saya". Ia menyadari dialah bukan siapa-siapa pil pahit mau tidak mau harus di telan. Kata hatinya ia ingin memeluk mamahnya yang jauh di sana sambil menikmati tungku kayu bakar mengenang masa kecil di pojokan rumah panggung khas suku Melayu beratap seng karat yang bisa menghalau rasa dingin  juga beradaptasi dengan gempa. Selimut tebal mampu menyembunyikan rasa perih di depan anak-anak, sesekali ia menjelma tegar di depannya tapi hatinya begitu lemah dan pilu. Sarinah tak kuasa lagi bertahan di rumah mertua. Saat semuanya menjelma malaikat hati Sarinah begitu bahagia, kesedihan kehilangan suaminya sejenak menghilang, tapi saat mertuanya menjadi iblis rasa ingin keluar jauh-jauh dari rumah ini muncul kembali, yang membuat Sarinah bertahan hanyalah...