Langsung ke konten utama

Imam al Ghazali, apakah masih seorang filsuf atau pembunuh filsafat



Tulisan ini diambil dari postingan Facebook Husein Muhammad, Redaksi ngalapberkah.net memuat ulang tulisan ini karena penting untuk dibaca banyak orang demi menyebarluasakan ilmu pengetahuan.

Perdebatan tentang Imam al Ghazali, apakah masih seorang filsuf atau pembunuh filsafat, tak pernah selesai, hanya gara-gara bukunya Tahafut al Falasifah, (keblingernya kaum filsuf).
Aku telah menulis ini dulu.
ان الغزالى بهدمه الفلسفة قد غدا فيلسوفا. ولكن بمعيار اخر ومن منطلق اخر. انه لم يعد تابعا. بل اصيلا مستقلا. انه فيلسوف وان لم يرد ان يكون فيلسوفا. ولعله لو سءل كما قال الاستاذ العقاد اانت فيلسوف؟ لانكر ذلك.
Imam al-Ghazali, dengan usahanya merobohkan filsafat, justeru dia seorang filsuf meski dengan corak yang lain. Dia bukan seorang pengikut tetapi seorang yang orisinal yang berpikir bebas. Boleh jadi andai dia ditanya : apakah anda seorang filsuf?. Dia akan menjawab : bukan!.
قال رينان لم تنتج الفلسفة العربية فكرا مبتكرا كالغزالى. يريد ان الفلاسفة الاسلاميين قبله وبعده كانوا اتباعا للفلسفة الارسطية او افلاطونية الحديثة وان الغزالى وحده هو الذى ثار عليها واتخذ له نهجا خاصا.
Renan mengatakan : "filsafat Arab tidak menghasilkan pikiran orisinal seperti al-Ghazali". Pernyataan ini bermakna bahwa para filsuf Islam sebelum dan sesudah al-Ghazali adalah murid-murid filsafat Aristo atau Neoplatonisme. Tetapi hanya al-Ghazali yang "cemburu" kepadanya dan merumuskan jalan baru yang berbeda dan khas dia".
وقد راى كثير من علماء المسلمين قديما ان الغزالى رغم حربه للفلسفة لم يزل متاثرا بها حتى قال تلميذه القاضى ابن العربى : شيخنا ابو حامد بلع الفلاسفة ثم اراد ان يتقياهم فما استطاع.(سيرة الغزالى لعبد الكريم عثمان)
Banyak sekali ulama Islam klasik berpendapat bahwa al-Ghazali, meskipun menyerang filsafat, tetapi dia tetap seorang yang terpengaruh filsafat. Sampai murid beliau, al-Qadhi Ibn al-Arabi mengatakan : "Guru kita Abu Hamid al-Ghazali, telah menelan para filsuf. Kemudian dia ingin memuntahkannya, tetapi tidak bisa".
Beberapa tahun sebelum menulis buku " Tahafut al-Falasifah", Keblingernya para filosof, dia menulis "Maqashid al-Falasifah".
Penulis: Husein Muhammad

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarinah Percayalah Engkau Tidak Sendiri

 Sarinah air matanya menggenang saat ia mengenang suami yang baru 100 hari meninggalkan untuk selamanya akibat kanker hati yang di deritanya. Ini adalah masa sulit Sarinah ia harus merawat dua anak lelaki hasil dari pernikahan. dari balik kaca spion tengah mobil Sarinah mengusap matanya dengan tisu sambil mengendong anak balitanya yanh sedang dipangkuan, sedang anak satunya lagi menikmati pemandangan dari samping kaca jendela. Hari ini adalah hari wisuda sebagai peserta hafalan Quran di sekolahnya. Sarinah semakin sedih saat anak pertamanya mau prosesi wisuda ia malah tiada padahal ini adalah cita-cita ayahnya ingin mempunyai anak yang mempunyai pendidikan agama yang mendalam. Kini dua anaknya yatim, Sarinah seorang diri merawat dan membesarkan kedua anaknya. Untung keluarga dari mendiang suaminya mendukung dan bertanggung jawab untuk tetap meninggali rumah orang tua mendiang suami bersama-sama anaknya.  Rasinah perempuan asal Medan, orang tuanya merantau ke Bogor dia sejak ke...

Tak Tahan Lagi Sarinah Ingin Mengakhiri

#2 Sarinah merasa hatinya tersayat-sayat saat mendengar cerita dari tetangga tentang dirinya, ia merasa kehadiran di rumah menjadi sumber masalah. Hatinya perih ia bertanya-tanya dalam lamunan, "kenapa mama tidak bilang langsung pada saya". Ia menyadari dialah bukan siapa-siapa pil pahit mau tidak mau harus di telan. Kata hatinya ia ingin memeluk mamahnya yang jauh di sana sambil menikmati tungku kayu bakar mengenang masa kecil di pojokan rumah panggung khas suku Melayu beratap seng karat yang bisa menghalau rasa dingin  juga beradaptasi dengan gempa. Selimut tebal mampu menyembunyikan rasa perih di depan anak-anak, sesekali ia menjelma tegar di depannya tapi hatinya begitu lemah dan pilu. Sarinah tak kuasa lagi bertahan di rumah mertua. Saat semuanya menjelma malaikat hati Sarinah begitu bahagia, kesedihan kehilangan suaminya sejenak menghilang, tapi saat mertuanya menjadi iblis rasa ingin keluar jauh-jauh dari rumah ini muncul kembali, yang membuat Sarinah bertahan hanyalah...